Strategi kerja penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Tangerang memiliki 2 (dua) upaya kerja, yaitu pengurangan dampak buruk penggunaan Napza suntik atau yang disebut Harm Reduction, dan pencegahan melalui transmisi seksual (PMTS).
Kedua strategi kerja tersebut memiliki target kelompok sasaran populasi beresiko yang berbeda. Untuk Harm Reduction kelompok pengguna Napza yang disuntikan beserta pasangan tetap mereka, sedangkan pencegahan melalui transmisi seksual (PMTS) adalah pekerja seks dan pembeli seks yang berada di lokasi.
Kita akan membahas lebih jauh tentang pencegahan melalui transmisi seksual dan Buku Menuju Sehat (BMS) sebagai alat bantu mengukur kepatuhan para pekerja seks di lokasi, buku menuju sehat merupakan alat bantu pekerja seks dan unit pelaksanaa teknis (UPT) Puskesmas dalam melakukan pemeriksaan kesehatan berkala yaitu pemeriksaan IMS dan HIV.
Program Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS) memiliki 4 (empat) komponen kerja utama, yaitu ; (1) suasana yang kondusif di lokasi, (2) penjangkauan dan pendampingan dalam mendukung intervensi perubahan perilaku, (3) ketersedian material pencegahan seperti kondom dan lubrikan, dan, (4) kemudahan akses layanan kesehatan bagi pekerja seks.
Peran dari BMS sebagai alat bantu dalam pelaksanaan PMTS di lokasi memiliki fungsi mengukur kepatuhan dari kunjungan pemeriksaan. Sampling dari pengunaan BMS di lokasi hiburan malam Dadap Cengin yang memiliki ± 450 WPS pertahun, yang berada di ujung pesisir utara Kabupaten Tangerang tepatnya kecamatan Kosambi yang langsung berhadapan dengan kota Tangerang dan DKI Jakarta.
Lokasi Dadap Cengin yang memiliki 60 cafe dengan jumlah wanita pekerja seks langsung (WPSL) dan wanita pekerja seks tidak langsung (WPSTL) mencapai 450 WPS pertahun, merupakan tempat hiburan yang cukup tinggi kunjungannya. Terdapat Puskesmas pembantu (Pustu) di Dadap Cengin dan beroperasional di hari kerja dari Senin hingga Jumat dari pukul 08.00-12.00 WIB, terkadang tim kerja Pustu bekerja diluar jadwal biasa untuk memenuhi pencapaian kualitas pelayanan kesehatan bagi WPS. Dalam menjalankan tugasnya tim kesehatan Pustu Dadap Cengin dibantu oleh Tim Pokja Pencegahan Penanggulangan HIV AIDS (PPHA) Kosambi.
Mobilitas pekerja seks yang tinggi dalam setahun menyebabkan tim Pokja PPHA dan Penjangkau maupun tim pendamping memerlukan alat bantu untuk mengukur kepatuhan WPS dalam memeriksakan kesehatan mereka di Pustu. Maka Dinas Kesehatan dan KPA Kabupaten Tangerang mengeluarkan BMS yang berfungsi untuk membantu tim layanan kesehatan Pustu sebagai alat kontrol kepatuhan WPS dalam memeriksakan diri.
Apa saja yang ada dalam BMS?. Di dalamnya terdapat kolom sebagai bukti dan jadwal pemeriksaan IMS dan HIV secara rutin, lembar KIE (komunikasi, informasi, edukasi) yang berbentuk gambar dan tulisan menarik, dan kontak dan alamat layanan lanjutan. Buku menuju sehat dapat digunakan menjadi alat bantu rujukan dari Puskesmas pembantu ke puskesmas tingkat kecamatan.
BMS telah dikeluarkan sejak tahun 2012 hingga sekarang, telah diproduksi mencapai 3000 buku dan dipergunakan oleh wanita pekerja seks (WPS) di lokasi Dadap cengin Kosambi sebanyak 2200 buku. Berdasarkan angka laporan tahunan dari Puskesmas Kosambi yang dimulai dari Januari 2013 hingga Desember 2014, penurunan angka kasus IMS di kalangan pekerja seks melalui angka kunjungan ke layanan tidak tinggi seperti tahun 2011, penurunan angka kasus mencapai 38% (berdasarkan data analisa KPA & Dinkes Kab.Tangerang). Pustu selain melakukan pemeriksaan dan pengobatan juga memberikan material pencegahan.
Bisa dibayangkan bagaimana mendorong kepatuhan para pekerja seks di Dadap Cengin-Kosambi untuk melakukan pemeriksaan secara rutin. Peran Pokja PPHA sebagai pokja lokasi dan tim penjangkau maupun pendamping, serta tim layanan kesehatan UPT PKM Kosambi bekerja sama dan berjibaku dengan baik dalam mengendalikan angka kasus IMS dan HIV di Kecamatan Kosambi.
Keberhasilan penurunan angka kasus IMS yang ada dilokasi Kosambi dapat menjadi pembelajaran yang baik, bahwa nilai kepatuhan di lokasi harus mendapat dukungan yang kuat dari seluruh pelaksana kerja dari layanan kesehatan, Pokja lokasi, penjangkau dan pendamping. Sehingga 4 komponen utama dari PMTS dapat berjalan dengan baik.
[H.I]
Leave a Reply