Di hari pertama pada awal bulan September 2015 (Selasa, 1/9/2015), Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tangerang melaksanakan kegiatan “Pertemuan koordinasi dan penguatan warga peduli AIDS (WPA)”. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Sekretariat KPA Kab. Tangerang, merupakan evaluasi dari proses kerja dan tindak lanjut aplikasi pelatihan yang telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 lalu.
Dibuka kata sambutan Efi Indarti,SKM,M.Kes selaku sekretaris KPA Kab. Tangerang, dihadiri oleh delapan perwakilan WPA dan Pokja (kelompok kerja) yang tersebar di Sembilan Kecamatan, Desa/Kelurahan, yaitu: Pisangan Jaya, Karang Serang, Sukabakti, Tobat, Tanjung Anom, Caringin, Tanjung Pasir, Sumur Bandung dan perwakilan Pokja Pencegahan, Penanggulangan HIV AIDS (Pokja-PPHA) Dadap. Tercatat 25 orang peserta menghadiri kegiatan pertemuan ini.
“Partisipasi masyarakat secara umum dapat berdampak secara luas dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS, khususnya dalam menekan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS), dan OHIDA (Orang yang hidup berdampingan dengan ODHA)”, pernyataan Ibu Sekretaris KPA Kab. Tangerang.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan WPA dapat memahami tujuan mereka dibentuk disetiap Kecamatan, Desa/Kelurahan, serta memahami cara menyusun program kerja dan bagaimana cara meng-evaluasinya, yang nantinya disusun dalam rekomendasi kegiatan selanjutnya”, ujar Jordan Jempormase. SS, selaku tim Divisi Monev, Data base dan Ass koordinator SSR GF KPA Kab. Tangerang.
Indikator dan sasaran dalam penyusunan program kerja yang telah dibuat oleh masing-masing WPA terkait penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS meliputi: program kerja, sasaran, waktu pelaksanaan, anggaran dan penanggung jawab program kerja. Sehingga nantinya akan bisa diukur kinerja WPA pada setiap semester.
Sebelum penyusunan program kerja, para peserta disuguhkan permasalahan situasi HIV-AIDS di Kab. Tangerang oleh Hady Irawan selaku Pengelola Program KPA Kab. Tangerang. Beliau menyatakan, “nantinya masyarakat yang tergabung dalam kelompok WPA dapat menyebarkan informasi dan edukasi sehingga dapat menekan stigma diskriminasi. Kedepannya juga mampu mengidentifikasi wilayah dari pola perilaku beresiko, serta dapat bekerjasama dengan pihak Puskesmas dan Kecamatan, dan juga bekerja sama dengan kelompok dukungan sebaya, Pendamping Sebaya dan Penjangkau demi mendukung kerja Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB)”.
Pada kesempatan ini, para peserta memamparkan permasalahan di setiap wilayah masing-masing. Ada yang menarik dalam sesi ini yaitu untuk wilayah Dadap. “Semenjak saya tinggal disini (Dadap-red) sudah hampir dua kali digusur, dan tetap saja berdiri lagi. Bahkan yang tadinya hanya berjumlah kurang lebih 90 kafe, setelah penggususran yang kedua betambah menjadi empat kali lipatnya”, tutur Embing atau biasa dipanggil RW Embing ini yang mewakil Pokja-PPHA Dadap-Kosambi.
Menjelang diakhirinya kegiatan ini, para peserata dikenalkan dengan perwakilan dari dua komunitas populasi kunci yaitu, kelompok dukungan sebaya (KDS) Edelweiss Pluss dan Kelompok Pendamping Sebaya (PS) Kab. Tangerang. Para peserta di ajak berdialog tentang bagaimana menangani kasus yang benar jika mengetahui ada ODHA di daerahnya, agar tidak terjadi stigma dan diskriminasi.
[Angga Kristian]
Leave a Reply