Banyak jargon-jargon yang muncul dari kalangan pejabat Pemerintah, pemuka agama maupun artis yang tujuannya mengingatkan bahaya penularan virus HIV. Namun seringkali jargon-jargon ini lebih mengaitkan kepada masalah moral, misalnya pasangan suami isteri (pasutri) harus setia, agar tidak tertular virus HIV, atau AIDS adalah penyakit akibat kutukan karena tidak setia, atau berperilaku sehat agar tidak tertular virus HIV.
Bukan Masalah Moral
Padahal hakikinya masalah penularan virus HIV adalah masalah kesehatan, bukan masalah moral. Seorang isteri yang selalu setia, bila suaminya sering “jajan” di luar rumah, dan tertular virus HIV akibat melakukan tindakan beresiko tanpa menggunakan pengaman kondom, bila berhubungan seksual dengan pekerja seks langsung (pekerja seks komersial) maupun tak langsung (selingkuhan, gadis bar, pemandu karaoke, pemijat plus-plus, dll.), bila si wanita mengidap virus HIV, maka suami tersebut dapat tertular virus HIV.
Ironisnya, isteri yang selalu setia bila berhubungan seks dengan suaminya yang sudah tertular virus HIV, secara otomatis sangat berpotensi tertular. Itulah sebabnya di Indonesia, penularan virus HIV tertinggi ditemukan pada ibu rumah tangga.
Dapat dibayangkan efek bola saljunya, bila suami yang sudah tertular virus HIV itu memiliki isteri sah lebih dari satu, memiliki isteri siri, memiliki pacar, atau melakukan kencan dengan pekerja seks langsung maupun tidak langsung lainnya, berapa wanita lagi yang akan terkena dampaknya.
Apalagi bila pada saat berhubungan seks tidak menggunakan pengaman kondom, sudah dapat dipastikan penularan pasti berlangsung.
Jadi faktor setia saja tidak dapat menjadi jaminan, kecuali kesetiaan terjadi pada pasutri, sehingga tidak ada celah untuk masuknya penularan.
Perilaku Sehat
Masalah penularan virus HiV tidak ada kaitan secara langsung dengan perilaku sehat. Seseorang yang selalu mandi, gosok gigi dan rajin melakukan Medical Check Up tidak memiliki jaminan terbebas dari penularan virus HIV.
Perilaku sehat disini harus dijelaskan tidak berhubungan seks yang beresiko. Yang dimaksud hubungan seks beresiko adalah berhubungan seks dengan pekerja seks langsung maupun tidak langsung dan tanpa menggunakan pengaman kondom.
Berhubungan seks beresiko dapat menjadi positif tertular virus HIV, terjadi bila salah satu pasangan telah mengidap virus HIV. Selama kedua pasangan tidak mengidap virus HIV, perselingkuhan berkali-kali juga tidak akan menularkan virus HIV.
Kondom merupakan salah satu cara untuk menghindari penularan virus HIV. Gerakan pembagian kondom sama sekali tidak dimaksudkan untukĀ melegalkan prostitusi maupun perselingkuhan. Tujuan utamanya adalah guna mencegah penularan virus HIV.
Tanpa adanya gerakan pembagian kondom, selama permintaan ada, prostitusi tetap tidak mungkin dihapuskan dari muka bumi ini. Lokalisasi prostitusi banyak ditutup, namun menjelma dalam bentuk lain, contohnya mulai marak e-prostitusi atau penawaran jasa prostitusi melalui internet, dunia maya dan media sosial.
Kesimpulan
Pencegahan penularan virus HIV hanya dapat terjadi bila pasutri sama-sama setia. Salah satu pasangan tidak setia, resiko penularan tetap ada.
[Sutiono Gunadi]
Leave a Reply