Meski secara nasional kasus HIV AIDS hampir mendekati angka 300.000, Dinas Kesehatan dan KPA se-Provinsi Banten boleh berbangga dengan keberhasilannya melakukan langkah pencegahan penyebaran HIV dengan turun 4.5% dari jumlah infeksi HIV tahun 2014 ke 2015 (sumber: Kemenkes, 25 Februari 2016, Laporan Perkembangan HIV AIDS Triwulan IV Tahun 2015).
Bila jumlah infeksi HIV di provinsi Banten pada 2014 mencapai 680, maka pada 2015 dilaporkan 649. Dari awal pencatatan hingga akhir 2015, total jumlah infeksi HIV di provinsi Banten adalah 4.508.
Keberhasilan pencegahan penyebaran HIV di provinsi Banten perlu kita banggakan dan syukuri, namun secara nasional kita tetap prihatin dan mawas karena kasus HIV AIDS sudah hampir mencapai 300.000. Dengan distribusi jumlah infeksi HIV 191.073 dan AIDS 77.112. Faktor risiko tertinggi infeksi HIV tetap berasal dari Heteroseksual yang mencapai 9.873 di 2015 (47%), diikuti oleh Lain-Lain (28%) dan Lelaki Seks Lelaki – LSL (22%) serta Penasun (3%).
Persentase HIV nasional yang dilaporkan berdasarkan gender pada triwulan terakhir 2015 menunjukkan 61% laki dan 39% perempuan. Sedangkan persentase infeksi HIV yang dilaporkan berdasarkan usia tertinggi pada kelompok usia 25-49 tahun (70,5%). Untuk AIDS tertinggi kelompok usia 30-39 tahun (37%).
Yang tetap memprihatinkan, jumlah penderita AIDS terbanyak ada pada ibu rumah tangga (10.626), diikuti karyawan dan wiraswasta. Sementara pada penjaja seks hanya 2.578. Dari teritorial, provinsi Jawa Timur yang berhasil menggusur kompleks pelacuran terbesar di Asia Tenggara Dolly ternyata memegang rekor tertinggi jumlah penderita AIDS (13.623) diikuti provinsi Papua dan DKI Jakarta. Bila digabungkan kasus HIV AIDS, provinsi DKI Jakarta berada ditempat teratas 47.440, disusul Jawa Timur 38.539 dan provinsi Banten di urutan ke sebelas 5.958.
Angka kematian akibat AIDS ditengarai menurun dari 1,62% pada tahun 2014 menjadi 0,95% pada akhir tahun 2015. Jumlah ODHA yang sedang mendapatkan pengobatan ARV dilaporkan mencapai 63.066 orang.
Sekarang kita sudah memasuki bulan ke tiga tahun 2016, upaya pencegahan penularan HIV AIDS apa yang paling bisa mengurangi jumlah pengidap HIV AIDS?. Tidak lain dan tidak bukan adalah kesanggupan para lelaki untuk tidak melakukan seks beresiko. Kalaupun masih berani melakukan seks beresiko, janganlah lupa menggunakan pengaman.
Kita semua harus peduli terhadap upaya pencegahan penularan HIV AIDS, kita harus berani mengedukasi komunitas terdekat kita. Semoga tahun 2016, kita sanggup menahan laju perkembangan pengidap HIV AIDS agar tidak melampaui angka 300.000.
(Sutiono Gunadi)
Leave a Reply