
Kerja sama antara Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tangerang dan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) dalam memberikan layanan kesehatan mental bagi Orang dengan HIV (ODHIV) dan keluarganya telah memberikan dampak positif yang signifikan. Program yang telah berjalan selama satu tahun ini menjadi bukti pentingnya dukungan psikologis dalam penanggulangan HIV AIDS secara komprehensif.
Pelayanan yang Menyeluruh

Program layanan kesehatan mental HIMPSI – KPA Kabupaten Tangerang menawarkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari konseling individu, terapi kelompok, hingga pendampingan keluarga. Sesi-sesi ini dirancang untuk membantu ODHIV dan keluarganya mengatasi stigma, depresi, kecemasan, serta berbagai masalah psikologis lain yang sering muncul setelah diagnosis HIV.”Kami tidak hanya fokus pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental ODHIV dan keluarganya. Kesehatan mental yang baik terbukti dapat meningkatkan kepatuhan terapi dan kualitas hidup secara keseluruhan,” ujar Efi Indarti, Sekretaris KPA Kabupaten Tangerang.
Kisah Perjuangan dan Harapan Salah satu penerima manfaat program ini adalah Reni (35, bukan nama sebenarnya), seorang ibu rumah tangga yang didiagnosis HIV dua tahun lalu. Awalnya, Reni mengalami depresi berat dan kesulitan menerima kondisinya
“Saya sempat merasa hidup saya sudah tidak ada gunanya lagi. Saya takut keluarga saya akan menjauhi saya,” kenang Reni. “Tapi setelah mengikuti konseling dengan psikolog dari HIMPSI, saya mulai belajar menerima diri dan melihat bahwa HIV bukanlah akhir dari segalanya.”
Melalui tiga bulan konseling intensif, Reni kini mampu menjalani kehidupan normal dan bahkan menjadi pendukung bagi ODHIV lain di komunitas tempatnya tinggal.”Saya belajar bahwa dengan pengobatan yang tepat dan dukungan dari orang-orang terdekat, hidup dengan HIV bisa tetap berkualitas,” tambah Reni dengan mata berbinar.
Dukungan untuk Keluarga
Program ini tidak hanya membantu ODHIV, tetapi juga memberikan dukungan bagi keluarga mereka. Ahmad (42), suami dari seorang ODHIV, berbagi pengalamannya mengikuti sesi konseling keluarga.
“Awalnya, saya tidak tahu bagaimana harus bersikap saat istri saya didiagnosis HIV. Ada rasa takut, bingung, dan bahkan marah,” ungkap Ahmad. “Melalui konseling keluarga, kami belajar cara berkomunikasi lebih baik dan memahami bahwa HIV adalah kondisi yang bisa ditangani, bukan hukuman.”
Sesi konseling keluarga juga membantu anak-anak memahami kondisi orang tua mereka dengan cara yang sesuai dengan usia mereka, sehingga mencegah trauma dan kesalahpahaman.
Pendekatan Profesional dan Empatis

July Tikilie, S.Psi, Psikolog, Ketua IPK HIMPSI Kabupaten Tangerang, menekankan pentingnya pendekatan yang profesional namun tetap empatis dalam memberikan layanan kesehatan mental bagi ODHIV dan keluarganya.
“Kami melatih para psikolog untuk memahami konteks khusus HIV AIDS, termasuk aspek medis, sosial, dan budaya yang menyertainya,” jelas July. “Setiap ODHIV memiliki pengalaman unik, dan kami berusaha memberikan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.”
Para psikolog dalam program ini juga dibekali dengan pengetahuan terkini tentang HIV AIDS, termasuk perkembangan pengobatan dan ekspektasi hidup, sehingga dapat memberikan informasi yang akurat dan membangun harapan realistis bagi klien.
Mengubah Stigma Menjadi Pemahaman
Budi (29, bukan nama sebenarnya), seorang ODHIV yang juga aktif dalam kelompok dukungan sebaya, menceritakan bagaimana terapi kelompok membantunya mengatasi stigma yang dialaminya.
“Dulu saya merasa sendirian dan terisolasi. Setiap kali ada yang tahu status saya, mereka menjauh,” kata Budi. “Dalam terapi kelompok, saya bertemu dengan orang-orang yang mengalami hal serupa. Kami saling mendukung dan berbagi strategi untuk menghadapi stigma.”
Budi juga merasakan manfaat dari teknik-teknik pengelolaan stres dan kecemasan yang diajarkan dalam sesi terapi. “Sekarang saya punya cara sehat untuk menghadapi situasi sulit, bukan dengan menarik diri atau melampiaskannya pada hal-hal negatif,” tambahnya.
Rencana Pengembangan Program
Melihat dampak positif program ini, KPA Kabupaten Tangerang dan HIMPSI berencana memperluas jangkauan layanan kesehatan mental ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap ODHIV dan keluarganya di Kabupaten Tangerang memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas,” Selain itu, program ini juga akan mengembangkan modul-modul khusus untuk kelompok tertentu, seperti remaja dengan HIV, pasangan serodiskordan (salah satu pasangan HIV positif dan lainnya negatif), serta orang tua dari anak-anak dengan HIV.
Kesimpulan
Program layanan kesehatan mental hasil kerja sama KPA Kabupaten Tangerang dan HIMPSI telah menjadi model efektif dalam memberikan dukungan komprehensif bagi ODHIV dan keluarganya. Melalui pendekatan yang profesional, empatis, dan sesuai kebutuhan, program ini telah membantu banyak ODHIV dan keluarganya menemukan kembali harapan dan kualitas hidup yang lebih baik.
“Kami percaya bahwa penanggulangan HIV AIDS tidak hanya soal pengobatan fisik, tetapi juga pemulihan mental dan sosial,” tutup July. “Dan testimoni dari para penerima manfaat program ini menjadi bukti bahwa kita berada di jalur yang tepat.”
Bagi ODHIV dan keluarganya yang membutuhkan layanan kesehatan mental, dapat menghubungi KPA Kabupaten Tangerang atau langsung ke klinik HIMPSI terdekat dengan membawa rujukan dari fasilitas kesehatan tempat mereka mendapatkan pengobatan.
*Editor: Redaksi*
Leave a Reply